NEXT PETS
NEXT PETS
NEXT PETS
NEXT PETS
NEXT PETS
PETS

Tuesday, February 9, 2010

Beberapa Satwa Indonesia Yang Semakin Berkurang

1. Cendrawasi


Satwa-Langka-Indonesia-Semakin-Berkurang

Cendrawasih di Papua, merupakan satwa langka yang dilindungi, makin punah.Kongres Konservasi Dunia menyatakan begitu parahnya penebangan kayu dan kerusakan lingkungan di Indonesia sehingga membunuh begitu banyak burung Asia yang paling eksotik dan langka.

Organisasi Birdlife Asia memperkirakan diseluruh kepulauan yang menyebar di Asia Tenggara menjadi rumah lebih dari sepertiga satwa langka di Asia dan paling terkonsentrasi di daerah ini.Kelangkaan spesies burung adalah sangat serius dan dari 332 spesies burung langka di Asia, Indonesia memiliki 117 spesies diantaranya. Demikian perkataan Richard Grimmett ketua Birdlife Asia berbicara dalam acara pers singkat seusai Kongres Konservasi Dunia di Bangkok pada tanggal 17 November. Ia melanjutkan bahwa dunia tidak dapat kehilangan ekosistem yang unik di Indonesia. Banyak spesies burung yang sangat unik tida dapat ditemukan kecuali di Indonesia mulai punah.

Grimmet menyalahkan semakin menciutnya hutan di pulau Sumatra sehingga menurunkan jumlah spesies dengan sangat tajam. Pada akhir abad yang lalu 90 persen dari Sumatra ditutupi hutan, tetapi sekarang habitat binatang hampir hilang seluruhnya. Ini adalah kehilangan yang sangat besar dalam periode waktu yang relatifpendek.

Laporan baru oleh Birdlife meperingatkan satu dari delapan dari 2700 spesies di Asia terancam, terutama di Filipina, Vietnam, Kambodia, China dan India, dan hanya 43 persen dari keseluruhan 2300 burung yang penting yang dilindungi secara penuh.


2. Kura-kura berleher ular dari Pulau Rote (Chelodina mccordi) Terancam Punah

Kura-kura rote (Chelodina mccordi) atau dis ebut juga kura-kura berleher ular dari Pulau Rote ini hanya bisa ditemukan di lahan basah. Setelah mempunyai nama spesies di tahun 1994,
kura kura berleher ular dari pulau rote ini banyak diminati oleh pasar internasional dari Eropa, Amerika,dan Asia Timur, yang menyebabkan populasinya berada di ambang kepunahan. Walaupun spesies Chelodina mccordi diberikan quota nasional untuk pemanenan dan ekspor ke luar negeri pada tahun 1997 dan 2001, ini pada kenyataannya tidak ada lisens i yang dikeluarkan untuk melakukan koleksi, kemudian juga tidak adanya izin pemindahan dari negeri tempat asal spesies ini ber ada yaitu Pula u Rote, Indonesia. Jadi selama ini spesies Chelodina mccordi diekspor ke luar negeri secara ilegal dari tahun 1994. Sejak saat itu kura-kura berleher ular diekspor besar-besaran ke luar negeri atas permintaan kolektor. Akhirnya pada tahun 2000, IUCN mengkategorikan spesies kura-kura berleher panjang dari pulau rote (Chelodina mccordi) ini ke dalam status kritis (Critically Endangered) dalam red list, dan juga dimasukkan dalam daftar Appendix II CITES. Akan tetapi sampai sekarang penyelundupan dan perdagangan ilegal kura-kura berleher ular masih terus dilakukan oleh mafia-mafia satwa, kepunahan kura-kura berleher ular sudah diujung mata dan tinggal menunggu waktu. Mari kita mulai dari sekarang mencegah satwa punah, agar populasi kura-kura berleher panjang dapat dilestarikan sampai kapan pun dan tidak hanya menjadi fosil yang dapat dilihat di musium-musium.


3. Komodo

Komodo atau disebut juga Varanus komodoensis merupakan species kadal terbesar di dunia yang panjangnya sekitar 2 – 3 m. Nama panggilan komodo di daerah setempat yaitu ora. komodo adalah anggota famili dari biawak varanidae dan klad toxicofera, termasuk kadal terbesar di dunia. Komodo hanya ada di daerah Nusa Tenggara yaitu di pulau Komodo, Padar, Rinca, dan di beberapa pulau kecil di selat antara Sumbawa dan pesisir barat serta Flores. Komodo hidup di dalam liang-liang tanah dengan menggali lubang menggunakan cakar dan tungkai depannya. Walaupun tubuhnya besar dengan berat sekitar 70 Kg namun komodo dapat berlari cepat dengan kecepatan 20 Km/ jam pada jarak yang dekat. Komodo ini dikategorikan satwa atau spesies yang rentan kepunahan oleh IUCN, karena tindakan manusia yang mengakibatkan menyusutnya habitat komodo.

Penyelundupan satwa-satwa makin marak di negara kita, oknum-oknum melakukan perdagangan satwa sangat terorganisir, rata-rata pembelinya dari luar negeri. Terus pengiriman satwa dari Indonesia ke luar negeri dengan cara diselundupkan tanpa diketahui dan berjalan mulus, karena ada pihak-pihak yang mengorganisir kegiatan ini, dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu kami meminta dan mengajak kepada anda semua untukmencegah satwa punah, agar anak cucu kita tidak hanya melihat foto-foto satwa yang terpajang gambarnya di musium, karena sudah mengalami kepunahan.





4. Jalak Bali

Jalak Bali atau nama lainnya Leucopsar rothschildi merupakan sejenis burung pengicau yang mempunyai ukuran sedang tidak terlalu besar. Jalak Bali dinamakan Leucopsar rothschildi karena yang menemukannya orang Inggris, namanya Walter Rothschild, orang pertama yang memberitahukan species ini ke dunia pengetahun sekitar tahun 1929. Jalak Bali hanya bisa ditemukan di Indonesia tepatnya di Bali, dulu pernah dinobatkan sebagai lambang fauna kota bali dan dibuatkan perundang-undangan untuk melindungi binatang satwa ini. Karena keindahannya, kicauannya, dan kecantikannya, Jalak Bali banyak diminati oleh para pemelihara burung pengicau untuk dipelihara, karena itulah Jalak Bali populasinya menjadi sedikit dan terancam punah. Kemudian Jalak Bali ditetapkan dalam bagian spesies yang beresiko tinggi mengalami kepunahan dan dimasukkan dalam daftar merah (Red List) IUCN dan juga telah didaftarkan dalam CITIES Appendix I. Memelihara satwa lindung dengan alasan untuk merawatnya adalah merupakan suatu tindak kejahatan karena tanpa disadari perbuatan itu merupakan tindakan yang mengakibatkan satwa lindung itu punah, contohnya burung Jalak Bali yang dipelihara di sangkar, dan akibatnya lama kelamaan Jalak Bali tersebut mengalami stres yang mengakibatkannya mati, karena bukan tempat sesungguhnya Jalak Bali itu hidup dan tinggal. Kita harus bisa mencegah satwa punah, kita sebaiknya tidak memelihara satwa, karena akan mengakibatkan kepunahan satwa itu sendiri. Biarkan mereka hidup bebas di alam semesta yang merupakan tempat tinggalnya sebenarnya.


5. Harimau Sumatra

Harimau Sumatera

Muko Muko, Bengkulu (ANTARA News) – Populasi Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumaterae) yang hidup di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terus menurun, dan saat ini diperkirakan jumlahnya tinggal 136 ekor, dari 150 ekor pada 2007 lalu.

Perburuan dan pembukaan lahan diketahui menjadi ancaman dan penyebab berkurangnya populasi binatang langka endemik Pulau Sumatera ini, ungkap Koordinator Flora dan Fauna Internasional (FFI) wilayah Sumatera, Debby Martin, Kamis, saat menjelaskan hasil penelitian mereka .

Penelitian tersebut dilakukan Flora Fauna International (FFI) bersama Balai Besar TNKS dan beberapa perguruan tinggi di tanah iir dan internasional melalui Monitoring Harimau Sumatera (MHS).

Dari penelitian yang melibatkan Universitas Bengkulu, khususnya Agung Jurusan Kehutanan dan Biologi ini juga diketahui bahwa konflik antara manusia dengan harimau yang berujung pada pembunuhan binatang tersebut juga menjadi penyebab lain berkurangnya populasi.

“Dari penelitian terakhir, jumlah populasi saat ini tidak lebih dari 136 ekor dan ini termasuk 25 persen dari seluruh populasi Harimau Sumatera yang masih hidup. Pembukaan lahan dan konflik menjadi ancaman terbesar, kalau perburuan sudah berkurang,” katanya.

Faktor pemicu

Debby mengatakan, perambahan areal hutan khususnya Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL) menjadi perkebunan, yang akhir- akhir ini semakin marak menjadi pemicu terjadinya konflik antara harimau dengan manusia.

Pembukaan lahan tersebut mengakibatkan berkurangnya wilayah jelajah harimau untuk mencari mangsanya sehingga harimau secara tidak sengaja memasuki perkebunan warga, pembukaan lahan juga memudahkan aksi perburuan terhadap Harimau Sumatera.

“Baru-baru ini di Lebong Selatan Kabupaten Lebong, seekor harimau terlihat berada di kebun karet milik warga dan ini menimbulkan keresahan. Kita sudah melakukan penelusuran dan memastikan kondisi sudah aman sehingga harimau selamat, manusia juga selamat,” kata perempuan berkebangsaan Inggris yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Debby yang berkantor di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, Jambi mengatakan, kasus konflik antara manusia dengan harimau yang ditangani timnya tidak kurang dari 20 kasus pertahun.

Ia mengatakan, hingga saat ini tim monitoring berhasil meminimalkan risiko sebab pada umumnya munculnya harimau di sekitar pemukiman penduduk tidak lain untuk mengincar hewan peliharaan penduduk untuk dijadikan mangsa.

Seorang staf FFI yang menjadi pimpinan program ini Agung Nugraha mengatakan, saat ini pihaknya melakukan survei transit Harimau Sumatera di empat provinsi yang wilayahnya masuk dalam kawasan TNKS (Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan).

Sejak 2004 lalu , tim monitoring memasang camera trashing/ perangkap di 88 sampling area, dan berdasarkan survei deteksi sekitar 90 persen aktivitas Harimau Sumatera berada dalam kawasan hutan konservasi TNKS.

“Saat ini kita fokus di empat lokasi khususnya di wilayah Pesisir Selatan Sumatera Barat sampai ke Musi Rawas, Lubuk Linggau. Area survei antara 4-40 km dari perbatasan ke dalam kawasan. Penelitian ini melibatkan mahasiswa dari Dice University of Kent Inggris, PHKA, BB TNKS termasuk mahasiswa Unib,” jelas Alumnus Universitas Andalas ini. (*)

6. Burung Elang Jawa

ElangJawa (Spizaetus bartelsi)

Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.

Secara fisik, Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai dengan panjang mencapai 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga Elang Kuncung. Ukuran tubuh dewasa (dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60-70 sentimeter, berbulu coklat gelap pada punggung dan sayap. Bercoretan coklat gelap pada dada dan bergaris tebal coklat gelap di perut. Ekornya coklat bergaris-garis hitam.

Ketika terbang, Elang Jawa hampir serupa dengan Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil. Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara Elang Brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Gambaran lainnya, sorot mata dan penglihatannya sangat tajam, berparuh kokoh, kepakan sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan ketika berdiam diri sosoknya gagah dan berwibawa. Kesan “jantan” itulah yang barangkali mengilhami 12 negara menampilkan sosok burung dalam benderanya. Bersama 19 negara lain, Indonesia bahkan memakai sosoknya sebagai lambang negara dengan burung mitologis garuda

Populasi burung Elang Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor. Badan Konservasi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam punah. Konvensi Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah memasukkannya dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya ekstra ketat. Berdasarkan kriteria keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau “Genting” (Collar et al., 1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang Jawa sebagai wakil satwa langka dirgantara.

Elang Jawa Terbang

Elang Jawa terbang

Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan.

Bahkan saat ini, habitat burung ini semakin menyempit akibat minimnya ekosistem hutan akibat perusakan oleh manusia,dampak pemanasan global dan dampak pestisida. Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Papandayan, Patuha dan Gunung Halimun.

Di Jawa Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung Muria, Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan di Jawa Timur terdapat di Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan Wilis


7. Kukang

kukakng

Binatang kukang, kini kian langka di hutan Kalimantan.

Binatang ini selalu hidup berpasang-pasangan dan kalau pasangannya di pisah konon salah satunya akan mati.

SADU, SATWA PEDALAMAN KALSEL YANG MAMPU BERKENTUT DENGAN BAU MENYENGAT
Bagi masyarakat wilayah banua Anam ( enam kabupaten utatara Kalsel) atau kawasan hulu sungai sudah begitu kenal dengan jenis binatang yang suka kentut kalau diganggu, dan baunya bisa belakat berhari-hari bahkan berminggu-minggu di pakaian.
Kerena itu warga kawasan ini enggan sekali mendekati jenis binatang tersebut apalagi untuk menangkapnya sehingga populasi binatang yang disebut sado atau saad itu hingga kini masih ada di kawasan Banua Anam Kalsel.
Binatang ini sembunyi di kala siang hari tetapi akan muncul di saat senja hingga malam hari dan berkeliaran bukan saja di hutan dan semak belaukar tetapi sado suka berkeliaran di pemukiman penduduk.
Bentuk binatang ini tidak besar tetapi juga tidak kecil seperti seekor kucing, bentuk tubuhnya menyerupai babi kecil hanya saja bulu binatang ini berbelang, abu-abu tetapi ada garis putih di atas punggung binatang ini.
Bila binatang ini diganggu, biasanya anak-anak kampung sering menggangu binatang ini dengan melempari dengan batu atau dengan potongan kayu, sehingga bila terkena binatang ini maka ia akan kentut mengeluarkan bau kentut yang sangat menyengat hampir tak ada orang yang sanggub mengirup bau kentut tersebut akhirnya siapapun orangnya akan menghindar dari kentut binatang.
Karena bila terkena kentut ini maka sarung atau pakaian yang melekat dibadan akan terus berbau kentut ini yang baunya benar-benar enak bahkan kalau menciumnya perut terasa mual bahkan ada orang yang tak tahan lalu muntah dan kepala pusing-pusing.
Menurut orang tua di bilangan Desa Inan, Kecamatan Paringin Balangan, saat binatang ini berkentut saat malam hari tampak dari dubur binatang ini mengeluarkan semacam cahaya walau tidak terang tetapi tampak, setelah keluar vahaya itulah kemudian bau menyengat akan menyebar seantero kampung dan biasanya bila binatang ini sudah kentut maka satu kampung akan terganggu.
Menurut tetuha masyarakat, kentut yang dikeluarkan binatang ini bukan sembarang kentut tetapi binatang ini mengeluarkan semacam gas beracun maksudnya untuk mengusir musuh khususnya binatang pemangsa atau siapa yang berani menganggunya termasuk manusia.
Di masyarakat setempat ada seorang pawang binatang ini bukan mampu menjinakan tetapi hanya mampu mengobati bila warga terkena kentut binatang ini agar badan dan seluruh pakaian terhindari dari bau kentut menyengat ini, tetapi sayang pawang itu sudang meninggal dunia dan tidak ada lagi yang sempat berguru sebagai pawang tersebut.



8. Anoa depressicornis (Anoa Dataran Rendah, Kerbau Pendek) dan
Anoa quarlesi (Anoa Pegunungan)

anoa depressicornis

Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan rusa dengan berat 150-300 kg. Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.

anoa quarlesiAnoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle’s Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Hewan, Filum: Chordata, Kelas: Mamalia, Ordo:Artiodactyla, Famili:Bovidae, Upafamili:Bovinae, Genus: Bubalus, Spesies: B. quarlesi, B. depressicornis. Nama binomial: Bubalus quarlesi (Ouwens, 1910). Bubalus depressicornis (H. Smith, 1827).

9. Arctictis binturong (Binturong, Binturung, Menturung)

Binturong_in_OverloonBinturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar. Beberapa dialek Melayu menyebutnya binturong, menturung ataumenturun. Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong, Malay Civet Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat, atau secara ringkas Bearcat. Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat ini bertampang mirip beruang yang berekor panjang, sementara juga berkumis lebat dan panjang seperti kucing

Binturung diburu untuk diambil kulitnya yang berbulu tebal, dan untuk dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya sebagai bahan obat tradisional. Hancurnya hutan juga berakibat pada meurunnya populasi Binturung di alam bebas. Satwa ini dilindungi.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Viverridae; Upafamili: Paradoxurinae; Genus: Arctictis (Temminck, 1824) Spesies: A. binturong. Nama binomial: Arctictis binturong (Raffles, 1821).

10. Arctonyx collaris (Pulusan)

Arctonyx collarisDalam bahasa inggris disebut Hog Badger. Salah satu habitatnya terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser Aceh. Hanya itu yang saya ketahui tentang spisies ini.

Klasifikaksi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo: Karnivora; Famili: Mustelidae; Genus: Arctonyx; Spesies: A. collaris. Nama binomial: Arctonyx collaris (Cuvier, 1825).

11. Babyrousa Babyrussa (Babirusa)

babirusaBabirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.

Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.

Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia. Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Famili: Suidae; Genus: Babyrousa; Spesies: B. babyrussa. Nama binomial: Babyrousa babyrussa (Linnaeus, 1758)

12. Balaenoptera musculus (Paus Biru)

paus biruPaus Biru diyakini sebagai hewan terbesar yang ada saat ini. Panjangnya bisa mencapai 33,59 m dan beratnya 181 ton, atau lebih. Paus Biru dapat berenang dengan kecepatan 50 km/jam, ketika berenang untuk perjalanan, kecepatannya sekitar 20 km/jam, sedangkan ketika sedang makan, mereka memperlambat kecepatannya sampai sekitar 5 km/jam. Mulut Paus Biru dapat menampung 90 ton makanan dan air. Umurnya bisa mencapai 80 tahun.

Populasi di seluruh dunia pada tahun 2002 diperkirakan hanya sekitar 5.000 sampai 12.000 ekor saja. Termasuk dalam spesies yang terancam punah. Dilarang untuk diburu sejak tahun 1966.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Cetacea; Upaordo: Mysticeti; Famili: Balaenopteridae; Genus: Balaenoptera; Spesies: B. musculus. Nama binomial: Balaenoptera musculus (Linnaeus, 1758).

13. Balaenoptera physalus (Paus Bersirip)

Paus bersiripPopulasi tidak lebih dari 5.000 ekor.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Subkelas: Eutheria; Ordo: Cetacea; Subordo: Mysticeti; Famili: Balaenoptiidae; Genus: Balaenoptera; Spesies: B. physalus; Nama Binomial: Balaenoptera physalus (Linnaeus, 1758)

14. Bos Sondaicus (Banteng)

BantengBanteng, Bos javanicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng tumbuh hingga tinggi sekitar 1,6 m di bagian pundaknya dan panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya sekitar 680 – 810 kg – jantan yang sangat besar bisa mencapai berat satu ton – sedangkan betinanya memiliki berat yang lebih kecil. Banteng memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah, punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Famili: Bovidae; Upafamili: Bovinae; Genus: Bos; Spesies: B. javanicus. Nama binomial: Bos javanicus (d’Alton, 1823)


merak ijo

15. Burung Merak

Populasi burung langka di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) mencapaiseribu ekor dari 17 spesies. Kelestarian mereka membutuhkan pengamanan meski pelaku pemburuan ditangkap pada beberapa hari lalu.

“Saat ini kami mengintensifkan pengamanan karena khawat

ir burung yang dilindungi itu terancam punah,” kata Humas Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Banten, Enjat Sudrajat, Sabtu.

Menurut dia, hingga saat ini pemburuan burung langka ma

sih berlanjut dan dilakukan dengan cara menjebak atau memberikan getah di atas pohon.

“Saya setiap hari terus melakukan pengawasan di titik-titik

rawan pemburuan seperti di blok perbatasan dengan pemukiman warga,” katanya.

Hasil pemburuan dijual ke Jakarta. Burung Merak dijual den

gan harga antara Rp1,5 sampai Rp3 juta, burung Rangkong bisa mencapai Rp3 juta.

“Kelebihan burung itu selain memiliki warna-warni bulu j

uga bunyi kicauannya sangat merdu,” kata Enjang.

Pengamanan juga diberlakukan untuk satwa langka lainnya seperti banteng, macan tutul, badak jawa bercula satu maupun penyu.

Sementara itu, Kelompok Pencinta Alam dan Pelestarian Sumber Daya Alam, Kabupaten Pandeglang, Ade Supriyadi (45), mengatakan, pihaknya meminta petugas T

NUK bertindak tegas terhadap pemburuan binatang-binatang langka di dunia termasuk burung.

No comments:

Post a Comment